PENYEBAB, GEJALA, JENIS-JENIS, DAN CARA MENCEGAH TETANUS



Penyakit tetanus yaitu kejang yang bersifat spasme (kaku otot) yang dimulai pada leher dan rahang. Kondisi ini disebabkan oleh racun berbahaya bakteri clostridium tetani, yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor. Clostridium tetani dapat bertahan hidup di luar tubuh dalam bentuk spora untuk waktu yang sangat lama.  Misalnya, dalam kotoran manusia ataupun manusia, debu, dan tanah. Spora clostridium tetani umumnya masuk ke tubuh melalui luka yang kotor, contohnya luka digigit hewan,  luka bakar, akibat cidera, atau paku berkarat.
Penyebab-penyebab
Tetanus sendiri yaitu merupakan infeksi yang tergolong serius serta disebabkan oleh bakteri clostridium tetani. Bakteri ini bisa hidup lebih dari empat puluh tahun di luar tubuh manusia dalam bentuk spora. Spora tersebut umumnya terdapat pada kotoran manusia atau hewan, tanah, ujung jarum yang tidak steril, debu, besi berkarat, dan kawat berduri. Jika spora itu berada dalam luka kotor yang bersifat anaerob (tidak ada oksigen), ia akan menjadi bakteri yang aktif, berkembang biak, dan melepaskan neurotoksin bernama tetanospasmin.
Gejala-gejala
Durasi sejak seseorang terpapar spora bakteri tetanus hingga muncul gejala (masa inkubasi) umumnya membutuhkan waktu antara empat sampai empat belas hari. Tanda atau gejalanya bisa meliputi :
-          Otot di sekitar perut yang kaku.
-          Kesulitan menelan apabila kejang otot menyebar sampai ke leher.
-          Kejang yang menyerupai kekakuan otot, terutama pada rahang dan leher sehingga pengidap sulit membuka mulut. Wajah pengidap juga tampak menyeringai, disebut dengan istilah risus sardonicus.
-          Kejang yang menyakitkan di seluruh tubuh serta berlangsung selama beberapa menit. Tanda atau gejala ini biasanya dipicu oleh beberapa hal kecil, seperti sentuhan, cahaya, dan suara nyaring.
-          Detak jantung yang cepat.
-          Tekanan darah yang naik.
-          Demam dan berkeringat.
-          Kejang hebat yang terjadi di seluruh tubuh. Gejala ini akan menyebabkan bagian punggung bawah tubuh melengkung ke atas.
Beberapa faktor resiko
Ada beberapa faktor serta kondisi di balik tetanus. Beberapa kondisi di bawah ini dipercaya bisa meningkatkan resiko seseorang untuk terinfeksi tetanus, diantaranya :
o   Luka yang terpapar kotoran hewan, tanah, atau debu.
o   Pengguna obat-obatan terlarang yang memakai alat-alat suntik yang tidak steril.
o   Tali pusar bayu baru lahir yang mengalami infeksi karena sang ibu tidak divaksinasi tetanus dengan memadai.
o   Belum menerima vaksinasi atau prosesnya tidak lengkap.
o   Seseorang yang menato atau menindik tubuh dengan peralatan yang kurang steril.
o   Luka penetrasi yang dalam, misalnya akibat tertusuk paku kotor atau berkarat.
o   Keberadaan benda asing pada luka, misalnya serpihan kayu, kuku, atau karat.
Jenis-jenis tetanus
Terdapat tipe-tipe tetanus, diantaranya tetanus umum, terlokalisir, cephalic, serta neonatorum. Tipe terlokalisir serta cephalic termasuk jenis yang jarang terjadi.
·         Tetanus disebut terlokalisir jika mengenai bagian tubuh tertentu yang akan mengalami kejang lokal. Ini terjadi saat tubuh hanya mempunyai kekebalan parsial terhadap racun tetanus dan dapat menjadi tetanus umum yang menyebar ke bagian tubuh lain.
·         Tetanus cephalic, terjadi akibat infeksi telinga tengah. Sama seperti tetanus terlokalisir, tetanus jenis ini juga berpotensi menjadi tetanus umum.
·         Sedangkan tetanus neonatorum yaitu tetanus yang dialami oleh bayi yang baru lahir karena proses penanganan persalinan yang tercemar spora bakteri tetanus. Tetanus jenis ini bisa terjadi karena kekebalan tubuh sang bayi terhadap tetanus masih lemah.
Dan jenis tetanus umum adalah yang dibahas dalam artikel ini.
Pencegahan tetanus
Upaya yang utama guna mencegah tetanus yaitu dengan melalui vaksinasi. Dan di Indonesia vaksinasi tetanus termasuk salah satu dari lima imunisasi wajib untuk anak. Imunisasi tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin Difteri, Tetanus, Pertusis (DTP). Proses vaksinasi ini harus diberikan dalam lima tahap, yaitu pada usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan empat sampai enam tahun. Untuk anak yang berusia di atas tujuh tahun, tersedia vaksin Td yang juga berfungsi memberikan perlindungan terhadap tetanus sekaligus difteri. Proses vaksinasi Td perlu diulangi tiap sepuluh tahun guna mempertahankan kekebalan tubuh terhadap tetanus dan difteri. Selain vaksin, upaya pencegahan tetanus juga bisa dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan luka supaya tidak mengalami infeksi serta cepat sembuh. Pemberian tetanus toksoid juga biasanya dianjurkan oleh dokter untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus pada luka.
Tetanus yang tidak diobati dapat bertambah parah dan bahkan mengancam jiwa penderitanya. Oleh sebab itu, anda sebaiknya segera pergi ke dokter untuk memeriksakannya apabila anda mempunyai luka dan mengalami tanda-tanda atau gejala tersebut di atas.

Sekian artikel ini saya buat jika ada kekurangannya saya mohon maaf.

Post a Comment

0 Comments