PENYEBAB, GEJALA, DAN PENANGANAN DISLEKSIA


Disleksia yaitu merupakan gangguan proses belajar, dimana seseorang mengalami kesulitan menulis, mengeja, atau membaca. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi bagaimana kata-kata yang diucapkan harus diubah menjadi bentuk huruf dan kalimat, serta sebaliknya. Disleksia umum dijumpai pada usia anak-anak, serta bisa menyerang anak dengan penglihatan dan tingkat kecerdasan yang normal. Dengan kata lain, disleksia tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan seseorang. Beberapa melihat disleksia sebagai sebuah perbedaan akan kesulitan membaca akibat penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis dalam penglihatan atau pendengaran atau lemah dalam memahami intruksi bacaan. Terdapat tiga aspek kognitif penderita disleksia yaitu penglihatan, perhatian, dan pendengaran. Disleksia mempengaruhi perkembangan bahasa seseorang. Penderita dilseksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik namun juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri, dan kanan, serta sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dlam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak bisa menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
Penyebab-penyebab
Para peneliti telah berusaha untuk menemukan dasar biologis disleksia sejak pertama kali teridentifikasi oleh Oswald Berkhan pada tahun 1881 sedang istilah disleksia muncul pada tahun 1887 oleh Rudolf Berlin. Teori-teori dari etiologi disleksia telah berkembang sedemikian rupa. Diantara penyebab disleksia adalah pengaruh interaksi lingkungan, faktor genetik atau keturunan, dan anatomi atau kerangka saraf.
Gejala-gejala
Tanda atau gejala disleksia sangat bervariasi serta umumnya tidak sama pada setiap pengidapnya. Oleh sebab itu, gangguan ini biasanya sukar dikenali. Terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah. Terdapat sejumlah gen keturunan yang dianggap bisa mempengaruhi perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan serta ketelitian dalam memahami suara maupun bahasa lisan. Misalkan membedakan kata “palu” dengan kata “paku”.
Sedangkan pada balita, disleksia bisa dikenali melalui sejumlah tanda atau gejala meliputi :
·         Kurang memahami kata atau kalimat yang meempunyai rima, misalnya “andi menari sendiri”.
·         Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri, contohnya kesulitan menyusun kata dengan benar atau kesulitan untuk memilih kata yang tepat.
·         Membutuhkan waktu yang lama untuk belajar kata baru, contohnya keliru menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”.
·         Perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seumurannya.
Biasanya tanda atau gejala-gejala disleksia akan lebih jelas pada saat anak mulai belajar menulis dan membaca di sekolah. Anak anda akan mengalami beberapa kesulitannya yaitu diantaranya :
-          Lamban ketika menulis dan tulisan yang tidak rapi.
-          Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal.
-          Lamban dalam mempelajari nama serta bunyi abjad.
-          Mempunyai kepekaan fonologi yang rendah. Misalnya mereka akan kesulitan menjawab pertanyaan “bagaimana bunyinya jika huruf ‘b’ pada ‘buku’ diganti dengan ‘s’?”.
-          Kesulitan memproses serta memahami apa yang didengarnya.
-          Lamban dalam menulis, misalnya ketika didikte atau menyalin tulisan.
-          Kesulitan mengeja, misalkan angka “6” sering tertukar dengan angka “9” atau huruf “d” sering tertukar dengan huruf “b”.
-          Kesulitan mengingat urutan, misalnya urutan nama hari maupun abjad.
-          Sering salah atau terlalu pelan ketika membaca.
Karena sulit dikenali, disleksia kadang-kadang ada yang baru disadari sesudah pengidap beranjak remaja bahkan dewasa. Tanda atau gejalanya diantaranya :
·         Cenderung menghindari kegiatan menulis dan membaca.
·         Kesulitan mengingat hal-hal yang beruntun, misalnya nomor telepon.
·         Kesulitan berhitung.
·         Kesulitan mengeja dan membaca.
·         Kesulitan dalam mengatur waktu, misalnya tenggat waktu dalam tugas.
·         Kesulitan menyalin cacatan serta membuat karya tulis, misalnya laporan atau makalah.
·         Bermasalah dalam mengekspresikan sesuatu melalui tulisan atau meringkas suatu cerita.
·         Sering tidak memahami makna bahasa kiasan atau lelucon, misalnya istilah “otak encer” yang berarti pintar.
Apabila anda mencemaskan perkembangan kemampuan menulis dan membaca anak anda yang dirasa lambat, pergilah ke dokter. Sangat berguna apabila ada pemeriksaan medis guna memastikan apakah ada gangguan medis yang lain atau tidak, contohnya gangguan pendengaran atau penglihatan.
Penanganana disleksia
Disleksia memang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi ada penanganan dan ini terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan pengidap, khususnya membaca. Salah satu bentuk penanganan yang bisa membantu penderita disleksia yaitu dengan pendekatan dan bantuan edukasi khusus. Penentuan jenis intervensi yang cocok biasanya tergantung pada tingkat keparahan disleksia yang dialami dan hasil tes psikologi pengidap.
Untuk penderita disleksia anak-anak, jenis intervensi yang paling efektif dalam menigkatkan kemampuan tulis dan baca yaitu intervensi yang berfokus pada kemampuan fonologi. Jenis intervensi ini biasanya disebut fonik. Pengidap disleksia akan diajari elemen-elemen dasar seperti belajar mengenali satuan bunyi terkecil dalam kata-kata atau fonem, memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut, membaca bersuara, membangun kosakata, dan memahami apa yang dibaca. Selain melalui intervensi edukasi, orang tua juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kemampuan anak. Upaya sederhana yang dapat dilakukan meliputi :
1.      Hindari mencela ketika anak melakukan kesalahan dalam membaca supaya kepercayaan diri anak bisa dibangun.
2.      Buatlah membaca menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan. Anda bisa memilih topik bacaan ringan yang menyenangkan, atau suasana membaca di tempat lain misalnya di taman.
3.      Bekerja sama dengan sekolah anak anda. Bicarakan kondisi anak dengan guru atau kepala sekolah, serta diskusikan cara yang paling tepat untuk membantu anak anda agar berhasil dalam pelajaran.
4.      Menyemangati serta membujuk anak untuk membaca buku dan mendiskusikan isinya bersama-sama juga akan berguna.
5.      Perbanyak waktu membaca di rumah. Anda mungkin bosan membaca cerita yang sama serta berulang-ulang pada anak anda, akan tetapi pengulangan ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak untuk memahami cerita sehingga mereka menjadi tidak begitu asing lagi dengan tulisan serta cerita. Berikan juga waktu untuk anak anda membaca sendiri tanpa bantuan anda.

Intervensi edukasi tidak hanya berguna untuk pengidap disleksia anak-anak, namun juga bagi pengidap remaja serta dewasa dalam meningkatkan kemampuan tulis dan baca pengidapnya. Begitupun dengan melibatkan bantuan teknologi seperti program komputer dengan perangkat lunak pengenalan suara. Disleksia sendiri membutuhkan tenaga serta waktu yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, keluarga dan penderita dianjurkan utuk bersabar dalam menjalaninya. Bantuan dan dukungan dari anggota keluarga serta sahabat akan sangat membantu dalam penanganannya.


Sekian artikel ini saya buat dan apabila terdapat kekurangannya saya mohon maaf.

Post a Comment

0 Comments